Hari ini, dalam mengucapkan pidato
kepada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya merasa
tertekan oleh suatu rasa tanggung-jawab yang besar. Saya merasa rendah
hati berbicara dihadapan rapat agung daripada negarawan-negarawan yang
bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari
selatan, dari bangsa-bangsa tua dan dari bangsa-bangsa muda dan dari
bangsa-bangsa yang baru bangkit kembali dari tidur yang lama.
Saya telah memanjatkan do’a kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang
tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdo’a
agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang
mendengarnya.
Saya merasa gembira sekali dapat
mengucapkan selamat kepada Tuan Ketua atas pengangkatannya dalam
jabatannya yang tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa gembira sekali
untuk menyampaikan atas nama bangsa saya ucapkan selamat datang yang
sangat mesra kepada keenambelas Anggauta baru dari Perserikata
Bangsa-Bangsa.
Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu
kepada kita pada saat ini. Qur’an berkata: “Hai, sekalian manusia,
sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan
seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia
diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu”.
Ayat tersebut, ia kutip dari surat Al-Hujarat (49):13, sebagai salah satu konsep kebangsaan yang dari sudut pandang Islam. Betapa bahwa Islam pun mengenal konsep kebangsaan. Dalam konteks berbicara di forum dunia tersebut, Bung Karno tak lupa mengutip Alquran, khususnya ayat-ayat kebangsaan.
Anda tahu? Pasca pidato Bung Karno itu, banyak pemimpin negara Islam… ya… pemimpin negara yang berasaskan Islam, termasuk Saudi Arabia merasa “kecolongan”. Benar, sebab sebelum-sebelumnya, tidak satu pun kepala negara yang pernah mengutip ayat suci Alquran dalam pidatonya. Hanya Bung Karno, Presiden Republik Indonesia yang melakukannya.
Karenanya, ia kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Islam Asia-Afrika. Penobatan itu dilakukan pada pertemuan para pemimpin negara-negara Asia Afrika di Kairo Mesir, yang kemudian melahirkan Gerakan Non Blok, tahun 1961. Begitu fenomenalnya sosok Bung Karno, sehingga ia menjadi mercu suar, bukan saja bagi bangsanya, tetapi bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. (roso daras)
sumber : https://rosodaras.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar